Hampir 8 bulan sudah pemerintahan Jokowi-JK menahkodai bahtera negara ini. Riuh pesta demokrasi sudah lama redam menghasilkan dua sosok pemimpin baru yang akan menahkodai negeri ini ke arah yang lebih baik. Rakyat menaruh harapan besar pada dua revolusioner baru ini yang terkenal dengan slogan “Revolusi Mentalnya”. Slogan yang cukup menohok dan mewakili keadaan masyarakat saat ini. Revolusi yang harapannya dapat merubah mental rakyat negara ini menjadi sejajar dan setara dengan masyarakat dunia lain sehingga tak ada lagi sebutan “endon” yang melabeli rakyat Indonesia ketika bersanding dengan masyarakat dari negara lain.
Namun, setelah 8 bulan menjabat sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi di negeri ini. Belum ada tindak nyata dari rencana
revolusi tersebut. Kemana janji revolusi mental ? Janji revolusi yang selalu
menjadi garda terdepan dalam menyihir haluan rakyat sehingga terpikat untuk
memilihnya. Sampai-sampai rakyat tanah jawa menjulukinya “Satrio Piningit”
seorang tokoh kepahlawanan jawa yang harapannya dapat memberikan kesejahteraan
dan penyelamat bagi rakyat-rakyat kasta bawah di negara ini. Terlalu berlebihan
nampaknya rakyat Jawa menjulukinya sebagai sang penyelamat. Janji revolusi ini
sekarang tinggal kenangan terhapus bersama waktu dan masa yang terbelenggu
janji kemenangan. Akankah ini akan terealisasi ? selalu sabarlah menunggu.
Mungkin suatu saat Ia (Jokowi) akan ingat kembali janjinya.
Harapan besar rakyat yang telah
dititipkan kepada revolusioner baru seakan hanya menjadi semu tidak ada realisasi
nyatanya. Kebijakan-kebijakan yang harapannya dapat memberikan perubahan dan
keringanan bagi rakyat dalam menanggung beban kehidupan ini. Menjadi semu dan
tabu ketika malah kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya tak sedikitpun
memihak rakyat yang sudah lama terjerat oleh belenggu kemiskinan di negara ini.
Harga BBM naik, harga barang-barang pokok pun naik dan tak ketinggalan harga
tiket transportasi massal pun ikut melonjak naik. Kebijakan yang dinilai lebih
memihak dan menguntungkan asing menjadi cerminan dari perangai asli pemimpin
negara ini. Bagaimana tidak ? Ketika harga minyak dunia turun, harga BBM di
negara ini justru dinaikkan. Ketika seharusnya koruptor diberikan hukuman yang
berat malah presiden kita memberikan jatah kursi kepemimpinan yang bermartabat.
Belum lagi, intervensi dari partai penyokongnya yang selalu membuat
keputusan-keputusan yang dianggap tak wajar untuk perbaikan negara.
Investor-investor asing diberikan keleluasaan dalam mengurusi perekonomian negara
ini. Koruptor-koruptor kelas berat diberikan jatah kursi kepemimpinan.
Lembaga-lembaga yang konsen mengkritik dan menjerat pencuri-pencuri harta
rakyat dihabisi. Pengedar narkoba kelas berat diberikan grasi dengan alasan
memberikan teladan yang baik untuk pemuda negeri. Kemana otak jernih pemimpin
negeri ini ? Masih adakah keadilan yang pantas untuk rakyat kalangan bawah di
negeri ini ? Mau dibawa kemana bahtera negara ini ? Ketika pemimpinnya saja
mudah diintervensi. Dimaki dan dicaci rakyatnya di negeri sendiri. Menjadi
boneka politik ibunda Megawati Soekarno Putri. Mau dibawa kemana ?? Saya
perwakilan rakyat kelas bawah negeri ini menagih dan menunggu sikap patriot
bapak dalam menangkal segala macam problematika negeri ini. Kami mohon bapak
bertindak layaknya seorang ksatria yang tegas yang mampu bersikap angkuh
dihadapan musuh-musuh asing. Salam hormat dari perwakilan rakyat jalanan.
Semarang, 8 Mei 2015
Ttd
M Ikhwanul Muslim